puisiku: Menunggu
“Menunggu”
Rembulan datang membawa kesunyian
Menyorot hati yang terpanah api cinta
Membakar jiwa merakit kerinduan
Hatiku hampa sesak dalam kegelapan malam
Perasaan ini bagai mahkota bunga
Bergantian jatuh dari kelopaknya
Ketika dekat serasa hati bergetar
Bagaikan irama dari senar-senar gitar yang dimainkan
Aku ingin memiliki hatinya
Seorang pangeran cinta yang aku impikan
Namun mengapa hanya semut-semut kecil itu yang tahu?
Hanya semut-semut itu yang mengerti akan maksud hatiku
Sampai kapan aku menunggu kedatanganmu di relung hatiku
Sampai kapan aku berjalan sepi di lembah palung cintamu
Aku takut..., aku takut terjebak seperti di lembah kematian Arizona
Aku takut hilang dan tersesat di gurun yang penuh fatamorgana bayanganmu
Sampai kapan aku terus menunggumu
Menunggu dan terus menunggu...
Dan biarkan pena kecilku kembali menari-nari
Menuliskan kisah cinta yang hampa dalam hidup ini
puisiku: Maafkan Aku Sobat
“Maafkan Aku Sobat”
Di kala malam mulai larut
Dan angin mulai menyapaku
Aku termenung menatap bintang-bintang
Bintang yang selalu setia menyinari malamku
Gesekan daun-daun yang berirama
Bagaikan musik klasik yang bernada
Seakan-akan menghiburku
Dalam sebuah kegelisahan hati
Aku sadar.....
Aku bukanah apa-apa
Aku bukanlah matahari yang selalu bisa menyinari hatimu
Aku bukanlah bidadari yang pantas untukmu
Aku hanyalah sosok wanita biasa
Tidak seelok bunga mawar, tidak semanis permen gula-gula
Hatiku tak sebaik putri Cinderella
Parasku tak secantik bunga kamboja
Maafkan aku sobat..
Maafkan bila keputusanku menghancurkan lembaran impian cintamu
Aku memang tidak mencintaimu
Tapi aku menyayangimu
Sinarmu yang paling terang di hatiku
Akan aku abadikan di sepanjang kisah hidupku
Kau dan aku adalah bintang yang paling terang
Bintang yang bersinar paling terang di alam semesta.
Cemburu
Cemburu
(Oleh Qhoziah Alfiyatun)
Di kala
malam telah terbangun
Dan angin
malam mulai menyapaku
Bintang yang
setia menyinari malamku
Mengusap
peluh kesedihanku
Daun-daun yang bergesekan
Bagai senar-senar gitar yang dimainkan
Seakan-akan menghiburku
Yang terjebak dalam jurang kenistaan
Hatiku pedih
tersayat-sayat belati cemburu
Melihatmu
berduaan dengan kembang baru
Dulu kau
adalah mentari dalam hidupku
Namun sekarang kau telah menjadi duri yang menjerat
cintaku
Koruptor musuh kami
Koruptor
musuh kami
Mengapa Negeri
ini semakin kejam?
Selalu
mendewakan harta dan kedudukan
Sehingga
lupa akan rakyat kecilnya
Rakyat
yang pernah mengabdi dan merebut kembali bangsa ini mati-matian
Aku tak
tahu...
Mengapa
negeri kelahiranku penuh dengan korupsi
Yang
begitu tega menindas kehormatan bangsa ini
Dan
mengotori nama baik negara mereka sendiri
Kami
hanyalah serpihan debu rakyat jelata bagi mereka
Kami hanyalah
sampah yang tak begitu penting dari kedudukan mereka
Namun
sadarlah kalian esok hari
Hati ini
yang bersih lebih mulia dari kejayaan mereka
Seharusnya
kau malu pada kami, rakyat kecil
Kau malu
pada tuhan dan pada dirimu sendiri
Yang tak
mampu menemukan emas berharga dengan cara suci
Kau hanya
bisa menyelipkan tangan panjangmu diantara mainan-mainan usangmu
Dan
mengambil setumpuk harta yang telah kami kumpulkan
dasar
mereka yang tak punya peri kemanusiaan
wajar
saja, mereka hanyalah hewan kotor
puisiku: Impian Anak Jalanan
“Impian Anak Jalanan”
Langkahku
terdengar angin malam
Merobek
angan-angan yang fana’
Menitih
bintang menuju cakrawala
Melalui
lorong sempit di sudut kota
Telah ku tempuh setengah perjalanan
Dengan sepeda impian masa depan
Mencari sukma abadi dalam jiwa
Dikepung jutaan fatamorgana
Kini aku terdiam
Menghapus peluh keputusasaan
Membakar semangat api kesuksesan
Memanjat tebing meraih impian
Namun apalah daya diriku ini
Yang menggantungkan mimpi setinggi langit
Mungkin aku hanya bisa tersenyum dalam bayanganku
Dan mengubur semua mimpi-mimpi indahku
Aku hanyalah anak yatim jalanan
Yang tinggal bersama kepulan asap-asap kota
Melantunkan syair-syair kehidupan dengan gitar tua
Menghidupi diri mencari jalan keabadian
Namun aku tak mau perjuanganku kandas
Ku akan lebih berjuang menyalakan api semangat dalam jiwa
Aku ingin membuat kedua malaikatku bangga
Tersenyum manis di alam sana
Falling In Love
“Falling In Love”
Ketika semilir angin menyapa
Daun-daun melambaikan tangan
Surya menyinari hati yang masih gelap
Bertebaran bunga-bunga mawar dalam
angan
Penat
terlepas tinggalkan sarang
Hati
tersenyum tandanya cinta
Pipi
merona malu-malu sayang
Ini kali
pertama aku merasa indahnya jatuh cinta
Perasaanku
jatuh di musim semi
Bermekaran
bagai bunga sakura
Indahnya
mentari terangi hari-hariku
Mentari
yang membuatku jatuh dalam lubuk hatiku
Kau yang selalu hadir dalam bayangku
Menghiasi impian cintaku
menyempurnakan kehidupanku
menanam sejuta harapan yang muncul dalam ceritaku
Aku
tersipu malu...
Tatkala
memandang kedua bola mata indahmu
Senyummu melukiskan
kisah cinta dalam buku harianku
Membuatku
terbang dalam mimpi bersamamu
Aku mencintaimu..
Selus samudra hatiku hanya untukmu
Kaulah mentari terindah yang aku cinta
Mentari yang tek kunjung padam tuk menyinari hari-hari
indah bersamamu
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment