STUDI KASUS TENTANG PROSES PEMBELAJARAN SENI MERANGKAI DI SD
STUDI KASUS TENTANG PROSES
PEMBELAJARAN
SENI MERANGKAI DI SD
Untuk memenuhi tugas kelompok
matakuliah Pembelajaran Seni SD
Dosen
Pengampu :
Ahmad
Jami’ul Alul, M.Pd.
Anggota
Kelompok :
Gilang
Setya Pradana 130611100097
Evrisa
Rizki Damayanti 130611100100
Qhoziah
Aliyatun 130611100102
Anggun
Damay Rahayu 130611100103
Fitria
Martya Sari 130611100109
Ida Arum Sari
130611100118
Muasyaroh 130611100133
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNVERSITAS
TRUNOJOYO MADURA
STUDI KASUS :
Dalam
pembelajaran seni budaya yang di ajar Bu Ummi (kebetulan d SD di terapkan
system guru bidang study, khusus unuk kelas 3) Rinto merasa bosan ia sering
mengantuk lebih-lebih ketika anak-anak diminta membaca LKS materi merangkai.
Supaya tidak dimarahi bu ummi rinto mencoba menghitung baris yang menjadi
bagaiannya. Rinto yang gemar membaca mengeluarkan komik yang dibawahnya dan
menaruh diatas buku LKS. Setelah itu bu ummi menyuruh anak-anak utuk mengisih
lembar kerja. Setelah diperiksa bu ummi banyak anak yang hasilnya sangat
mengecewakan.
IDENTIFIKASI STUDI KASUS DAN
ALTERNATIF PEMECAHANNYA :
Dari
peristiwa di atas, ditemukan berbagai masalah yang berkaitan dengan proses
pembelajaran, berikut penjelasannya: Proses pembelajaran yang dilakukan Bu Ummi
kepada siswanya dalam pelajaran Seni Budaya kurang menarik perhatian dan minat
siswa, proses pembelajarannya kurang variatif, dan cenderung kurang memancing
siswa aktif dalam pembelajaran tersebut. Selain dari proses cara guru mengajar,
kesalahan tersebut juga berasal dari Bu Ummi sendiri. Karena Bu Ummi kurang
memperdulikan dan memperhatikan peserta didiknya, Bu Ummi hanya sekedar
menyuruh siswa membaca dan mengerjakan sendiri materi dan tugas yang ada di
LKS, sehingga siswa di kelas itu sudah terbiasa dengan metode Bu Ummi yang
membosankan.
Dari
permasalahan yang telah dijabarkan di atas, penyebab dari permasalahan tersebut
dapat dianalisis sebagai berikut: Siswa kurang semangat dan selalu bosan
terhadap cara Bu Ummi mengajar di kelas, karena Bu Ummi selalu menggunakan
metode pembelajaran yang tekstual, sehingga proses pembelajaran tersebut selalu
terpaku pada buku atau teks. Selain itu Bu Ummi juga tidak menerangkan materi
yang diajarkan, dan Bu Ummi hanya menyuruh siswa untuk membaca sendiri materi
dalam pembelajaran itu, padahal pembelajaran seni tentang materi merangkai
sangat tidak efektif jika hanya menggunakan konsep dan teori tanpa praktek atau
demonstrasi.
Bu Ummi juga
kurang inovatif dalam menyusun proses pembelajaran, sehingga siswa mudah
menebak apa yang akan dilakukan Bu Ummi dalam proses pembelajaran. Selain itu,
kurangnya perhatian dan kepedulian Bu Ummi terhadap aktivitas dan pemahaman
siswa yang sangat minim menyebabkan siswa jadi mudah meremehkan Bu Ummi yang
lalai dalam memperhatikan siswanya, sehingga ada beberapa siswa yang berani
membawa dan membaca komik pada proses saat pembelajaran. Hasilnya setelah
dievaluasi, banyak sekali siswa yang mendapatkan nilai yang kurang maksimal dan
dibawah standar/ KKM.
Dari
permasalahan di atas dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan
Bu Ummi kurang bermakna. Siswa sulit mencerna dan memahami materi, serta siswa
menjadi pasif karena metode yang sangat membosankan dan kurang menarik minat
siswa. Oleh karena itu, menurut kelompok kami, alternatif pemecahan yang tepat
dalam pembelajaran seni tentang merangkai adalah dengan menggunakan model
pembelajaran PBAS, PAKEM, atau STAD. Selain itu agar dapat lebih menarik minat
siswa, diperlukan suatu media pembelajaran yang mendukung, seperti video cara
pembuatan anyaman dari sedotan. Namun, untuk model pembelajaran PBAS, PAKEM,
maupun STAD memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut adalah kelebihan dan
kekurangannya:
1. PBAS
(Pembelajaran Berbasis Aktivitas Siswa)
a. Kelebihan
1) Lebih menekankan kepada aktivitas
siswa secara optimal, yaitu bahwa ada keseimbangan antara aktivitas fisik,
mental, emosional juga aktivitas intelektual. Dengan tujuan untuk memperoleh
hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
secara seimbang.
2) Siswa tersebut mengolah informasi
tersebut dan mengaplikasikannya atau menghubungkannya dengan kehidupan.
3) Guru tidak berperan sebagai
satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada
siswa, melainkan sebagai fasilitator dalam memanfaatkan sumber belajar.
4) Guru dan siswa sama-sama berperan
sebagai subjek belajar yang membedakan hanyalah tugasnya masing-masing.
5) Kegiatan pembelajaran lebih bermakna
dan efisien karena siswa berpartisipasi dalam kegiatan perumusan tujuan
pembelajaran dan pengambilan kesimpulan
b. Kekurangan
1) Keaktifan siswa berpartisipasi dalam
kegiatan pembelajaran hanya siswa yang mengetahuinya secara pasti.
2) Keberhasilan strategi pembelajaran
yang berorientasi pada aktifitas siswa sangat tergantung kepada apa yang
dimiliki oleh guru seperti kemampuan guru, sikap profesionalitas guru, latar
belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru.
2. PAKEM
(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan)
a. Kelebihan
1)
Pakem
merupakan pembelajaran yang mengembangkan kecakapan hidup
2)
Dalam
pakem siswa belajar bekerja sama
3)
Pakem
mendorong siswa menghasilkan karya kreatif
4)
Pakem
mendorong siswa untuk terus maju mencapai sukses
5)
Pakem
menghargai potensi semua siswa
6)
Peserta
didk akan lebih termotovasi untuk belajar karena adanya variasi dalam proses
pembelajaran
7)
Peserta
didik tidak jenuh dengan pembelajarn di kelas
8)
Peserta
didik dapat memecahkan permasalahan dengan memanfaatkan lingkungan sekitarnya
9)
Mental
dan fisik peserta didik akan terasah secara optimal
b. Kekurangan
1)
Perbedaan
individual siswa belum diperhatikan termasuk laki-laki / perempuan,
pintar/kurang pintar,social,ekonomi tinggi/rendah
2)
Pembelajaran
belum membelajarkan kecakapan hidup
3)
Pengelompokan
siswa masih dari segi pengaturan tempat duduk,kegiatan yang dilakukan siswa
sering kali belum mencerminkan belajar kooperatif yang benar
4)
Guru
belum memperoleh kesempatan menyaksikan pembelajaran pakem yang baik
5)
Pajangan
sering menampilkan hasil kerja siswa yang cenderung seragam
6)
Pembelajaran
masih sering berupa pengisian lembar kerja siswa (LKS) yang sebagian besar
pertanyaanya bersifat tertutup
7)
Guru
harus meyiapkan pembelajaran yang lebih dari sekedar ceramah, maka dibutuhkan
alat dan bahan yang lebih pula untuk melaksanakan pembelajaran tersebut
8)
Guru
harus bisa mengcover semua kebutuhan siswa baik dari segi mental maupun fisik
9)
Sarana
dan prasarana harus memadai, sehingga sekolah-sekolah yang berada di daerah
sulit untuk mengembangkan PAKEM
3. STAD
(Student Team Achievement Divisions)
a. Kelebihan
1)
Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes
yang dibuat guru maupun tes baku.
2)
Rasa percaya diri siswa meningkat, siswa merasa lebih
terkontrol untuk keberhasilan akademisnya.
3)
Strategi kooperatif memberikan perkembangkan yang
berkesan pada hubungan interpersonal di antara anggota kelompok yang berbeda
etnis.
b. Kekurangan
1) Konstribusi
dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang
2) Siswa
berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang
pandai lebih dominan.
Media yang digunakan
dalam proses pembelajaran seni seperti kasus di atas, menggunakan media audio
visual berupa video. Video tersebut berisi tentang proses atau langkah
pembuatan karya seni dari anyaman kertas. Selain itu siswa juga ditayangkan
contoh dari hasil-hasil karya seni menganyam yang lucu-lucu namun simple
(sederhana). Dengan demikian, dapat mendorong imajinasi dan semangat siswa
untuk merancang suatu penciptaan karya seni anyaman tersebut.
Dari beberapa
alternatif metode yang diperoleh untuk mengubah pola mengajar guru menjadi
lebih menarik, menurut kelompok kami metodel pembelajaran PBAS (Pembelajaran
Berbasis Siswa Aktif) merupakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kasus
proses kegiatan mengajar Bu Ummi. Karena, dalam metode ini yang lebih ditekankan secara optimal
adalah aktivitas siswa, yang mana terdapat keseimbangan antara aktivitas fisik,
mental, emosional juga aktivitas intelektual. Dengan tujuan untuk memperoleh
hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
secara seimbang.
Selain
itu peran guru yang
terpenting yaitu sebagai fasilitator siswa dalam memanfaatkan sumber belajar,
membimbing siswa, mendorong siswa, memotivasi siswa dan membantu siswa dalam
mencapai tujuan hasil belajar yang optimal. Selain itu dengan
menggunakan metode pembelajaran berbasis aktivitas siswa, kegiatan pembelajaran pun menjadi
lebih bermakna dan efisien karena siswa berpartisipasi dalam kegiatan perumusan
tujuan pembelajaran dan pengambilan kesimpulan. Selain metode PBAS, video
menjadi salah satu media pembelajaran seni yang sangat membantu dalam
penyampaian materi dan langkah kerja siswa untuk membuat karya seni anyaman
dari sedotan. Sehingga siswa menjadi mudah memahami proses pembuatan karya
tersebut dengan jelas. Sisanya apabila terdapat siswa yang belum paham cara
pembuatan karya setelah menyaksikan video mengenai pembuatan karya seni anyaman
serta contoh dari hasil karya-karya lainnya, peran guru sebagai fasilitator
yakni membimbing kembali siswa hingga siswa paham cara pembuatannya.
Dalam mata pelajaran
seni dalam kasus di atas, khususnya pada konsep pembuatan suatu karya dengan
cara merangkai, seharusnya dilakukan dengan cara demonstrasi. Caranya, guru
membagi kelas ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang
anggota kelompok. Selanjutnya, siswa diajak untuk membuat suatu karya seni
dengan cara merangkai, misalkan seperti merangkai anyaman dari sedotan.
Sebelumnya, guru memutarkan sebuah video tentang proses pembuatan karya seni
merangkai anyaman dari sedotan beserta contoh-contoh hasil arya seni anyaman
dari sedotan. Setelah itu, guru menjelaskan secara singkat tentang proses
pembuatan karya tersebut dan memberikan kesempatan siswa dalam bertanya apabila
mungkin masih ada siswa yang kurang paham. Setelah itu, setiap kelompok membuat
anyaman dari sedotan secara berkelompok dan saling bekerja sama hingga proses
merangkai anyaman dari sedotan pun selesai.
Referensi :
Sanjaya, Wina.
2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
. 2007. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment